Ketika Bantuan Jadi Muslihat: Waspada Pencurian Modus Pura-pura Menolong
Di tengah hiruk pikuk kehidupan, naluri manusia seringkali mendorong kita untuk menerima uluran tangan ketika kesulitan melanda. Namun, waspadalah, tidak semua "penolong" datang dengan niat tulus. Sebuah modus operandi pencurian yang semakin meresahkan adalah penipuan berkedok pura-pura membantu.
Jebakan Kebaikan Palsu
Pelaku biasanya mengincar korban yang sedang dalam situasi rentan atau terdistraksi. Misalnya, ketika seseorang mengalami ban kempes di jalan, dompet terjatuh tanpa disadari, atau bahkan saat korban terlihat bingung mencari arah. Dengan dalih menawarkan bantuan – entah itu membantu mengganti ban, mengambilkan barang yang jatuh, atau menunjukkan jalan – pelaku menciptakan situasi agar korban lengah. Saat itulah, dengan kecepatan dan kelihaian, barang berharga korban seperti dompet, ponsel, atau tas, raib digondol.
Modus ini sangat berbahaya karena memanfaatkan sisi kemanusiaan dan empati korban. Korban yang awalnya merasa terbantu atau bahkan berterima kasih, baru menyadari kehilangan setelah pelaku menghilang.
Aspek Hukum dan Pencegahan
Secara hukum, tindakan ini jelas termasuk dalam kategori tindak pidana pencurian, sebagaimana diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman hukuman penjara.
Untuk mencegah menjadi korban, masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Perhatikan lingkungan sekitar, jangan mudah percaya pada tawaran bantuan dari orang yang tidak dikenal, terutama jika situasinya terasa janggal. Pastikan barang bawaan selalu aman dan dalam jangkauan pandang. Jika merasa ada yang tidak beres, segera menjauh atau mencari bantuan dari pihak berwenang.
Di era di mana kejahatan semakin licik, kewaspadaan adalah kunci utama. Jangan biarkan niat baik kita dimanfaatkan oleh tangan-tangan jahat yang bersembunyi di balik topeng penolong.