Ruang Publik Bukan Arena Kekerasan: Mengapa Perempuan Masih Terancam?
Ruang publik seharusnya menjadi wadah kebebasan dan interaksi sosial yang aman bagi setiap individu. Namun, bagi banyak perempuan, tempat-tempat ini justru kerap berubah menjadi panggung ketakutan dan ancaman kekerasan. Realitas pahit ini terjadi di mana saja: di angkutan umum, jalanan sepi, pusat perbelanjaan, hingga area publik yang ramai sekalipun.
Bentuk kekerasan yang dialami pun beragam, mulai dari pelecehan verbal yang merendahkan, siulan tidak senonoh, sentuhan fisik yang tidak diinginkan (seperti groping), hingga penguntitan bahkan penyerangan fisik. Insiden-insiden ini bukan sekadar gangguan kecil; ini adalah pelanggaran serius terhadap hak asasi perempuan untuk merasa aman dan bergerak bebas di lingkungan mereka sendiri.
Dampak dari kekerasan ini jauh melampaui luka fisik. Perempuan korban seringkali mengalami trauma psikologis mendalam, kecemasan, depresi, hingga membatasi gerak dan kebebasan mereka. Ketakutan ini menciptakan "penjara tak terlihat" yang menghalangi mereka untuk sepenuhnya menikmati dan berpartisipasi dalam kehidupan publik. Mereka mungkin menghindari tempat tertentu, mengubah rute perjalanan, atau bahkan berhenti melakukan aktivitas yang mereka sukai demi menghindari risiko.
Permasalahan ini berakar pada budaya patriarki yang masih kuat, kurangnya kesadaran publik, minimnya intervensi dari saksi mata (bystander effect), serta terkadang, respons hukum yang belum memadai. Seringkali, korban justru disalahkan atau dianggap "mengundang" kekerasan, memperparah trauma dan enggan melapor.
Menciptakan ruang publik yang aman bagi perempuan adalah tanggung jawab bersama. Ini membutuhkan edukasi yang masif untuk mengubah pola pikir, penegakan hukum yang tegas, perbaikan infrastruktur yang mendukung keamanan (seperti penerangan jalan yang memadai), serta partisipasi aktif masyarakat untuk tidak tinggal diam saat melihat kekerasan terjadi. Hanya dengan solidaritas dan tindakan nyata, kita bisa memastikan bahwa ruang publik benar-benar menjadi wadah kebebasan, bukan lagi arena ketakutan bagi perempuan.