Evaluasi Kebijakan Kartu Prakerja dalam Mengurangi Pengangguran

Menakar Efektivitas Kartu Prakerja: Mengurai Perannya dalam Mengurangi Pengangguran

Kartu Prakerja diluncurkan sebagai salah satu program andalan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kompetensi angkatan kerja, mengurangi pengangguran, dan mendorong kewirausahaan, terutama di tengah tantangan ekonomi dan transformasi digital. Namun, seberapa efektifkah program ini dalam mencapai tujuan mulianya, khususnya dalam menekan angka pengangguran?

Tujuan dan Implementasi Awal
Program Kartu Prakerja menawarkan bantuan biaya pelatihan dan insentif tunai kepada para pencari kerja, korban PHK, atau pekerja yang ingin meningkatkan skill (reskilling/upskilling). Dengan platform digital yang masif, program ini berhasil menjangkau jutaan peserta di seluruh Indonesia, menawarkan beragam jenis pelatihan dari berbagai mitra.

Dampak Positif yang Terlihat
Secara positif, Kartu Prakerja telah berhasil:

  1. Meningkatkan Akses Pelatihan: Membuka kesempatan bagi banyak individu untuk mengakses pelatihan yang sebelumnya sulit dijangkau, termasuk di daerah terpencil.
  2. Mendorong Literasi Digital: Membiasakan peserta dengan pembelajaran daring dan penggunaan platform digital.
  3. Stimulus Ekonomi Jangka Pendek: Insentif tunai memberikan sedikit bantalan ekonomi, terutama saat pandemi.
  4. Peningkatan Kompetensi: Sebagian peserta melaporkan peningkatan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja.

Tantangan dan Ruang Perbaikan dalam Mengurangi Pengangguran
Meskipun demikian, evaluasi terhadap dampak langsung pada penurunan angka pengangguran menunjukkan kompleksitas:

  1. Link and Match ke Pekerjaan: Keterserapan lulusan pelatihan ke dunia kerja masih menjadi pertanyaan besar. Pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri riil belum sepenuhnya merata. Banyak peserta yang mendapatkan sertifikat, namun tidak serta merta mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
  2. Kualitas Pelatihan Bervariasi: Kualitas dan relevansi materi pelatihan sangat bervariasi antar lembaga. Beberapa pelatihan dianggap kurang mendalam atau tidak aplikatif untuk mendapatkan pekerjaan.
  3. Evaluasi Dampak Jangka Panjang: Sulit untuk secara definitif mengukur seberapa besar Kartu Prakerja berkontribusi pada penurunan angka pengangguran secara makro, karena banyak faktor lain yang memengaruhinya (pertumbuhan ekonomi, investasi, dll.). Program ini lebih fokus pada peningkatan employability (daya saing kerja) individu daripada penyerapan langsung.
  4. Pengawasan Pasca-Pelatihan: Mekanisme pemantauan dan pendampingan pasca-pelatihan untuk memastikan peserta benar-benar mendapatkan pekerjaan atau memulai usaha masih perlu diperkuat.

Kesimpulan: Bukan Peluru Perak, Melainkan Pondasi
Kartu Prakerja bukanlah "peluru perak" yang secara instan dapat menghilangkan masalah pengangguran di Indonesia. Perannya lebih sebagai katalisator untuk peningkatan kompetensi dan daya saing angkatan kerja. Untuk memaksimalkan dampaknya dalam mengurangi pengangguran, program ini perlu terus dievaluasi dan disempurnakan, terutama dalam hal relevansi pelatihan dengan kebutuhan pasar, kualitas materi, serta integrasi dengan program penempatan kerja dan pengembangan kewirausahaan yang lebih komprehensif. Dengan demikian, Kartu Prakerja dapat bertransformasi dari sekadar program pelatihan menjadi jembatan yang lebih kokoh menuju kesempatan kerja yang nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *